Foto ‘Gemparkan’ Publik Dunia, Fakta di Balik Perang Yaman






Jakarta, Berita Adzan — Hanya dua hari setelah foto ini diambil, lima-bulan kemudian Udai Faisal meninggal dunia akibat perang.
Anggota tubuh balita ini mirip seperti ranting. Pipinya terlihat masuk ke dalam tengkorak dan matanya begitu sayu dan tampak kering. Foto ini menunjukkan Udai kekurangan malnutrisi.
Udai merupakan salah satu dari dampak perang Yaman.
Ibunya Intissar Hezzam mengatakan, “Anak saya tidak menangis dan tidak ada air mata, hanya terbaring kaku. Saya menjerit dan langsung pingsan.”
In this Tuesday, March 22, 2016 photo, infant Udai Faisal, who is suffering from acute malnutrition, is hospitalized at Al-Sabeen Hospital in Sanaa, Yemen. Udai died on March 24. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. (AP Photo/Maad al-Zikry)In this Tuesday, March 22, 2016 photo, infant Udai Faisal, who is suffering from acute malnutrition, is hospitalized at Al-Sabeen Hospital in Sanaa, Yemen. Udai died on March 24. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. (AP Photo/Maad al-Zikry)
Nasib Udai menggambarkan begitu banyak faktor, semua diperburuk oleh perang, yang menyebabkan kematian bayi di sana.
Keluarganya hidup dari pensiun sang ayah Udai, Faisal Ahmed, yang merupakan mantan tentara, sekitar 140 euro (atau sekitar Rp2.240.000,-) per bulan untuk dirinya, istri dan sembilan anak-anaknya mulai dari yang berusia dua tahun hingga 16 tahun.
Faisal terkadang bekerja untuk konstruksi, tetapi berbagai pekerjaan itu ‘menghilang’ dalam perang. Dengan harga pangan naik dan persediaan terbatas serta mahal, keluarganya hanya makan sekali dalam sehari. Biasanya yoghurt dan roti, kacang polong di hari yang baik, kata orang tua Udai, yang saat ini berusia 30 tahun.
Sewaktu Udai lahir, pesawat tempur dari pimpinan koalisi Kerajaan Arab Saudi, menghancurkan beberapa ruangan di dalam rumahnya, di sebuah pangkalan militer yang digunakan oleh pemberontak Houthi di distrik Hazyaz, kota termiskin di tepi selatan Sanaa.
In this Tuesday, March 22, 2016 photo, Udai Faisal, who is suffering acute malnutrition is fed by his mother Intissar Hezzam at Al-Sabeen Hospital in Sanaa, Yemen. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. The impoverished nation of 26 million people, which imports 90 percent of its food, already had one of the highest malnutrition rates in the world, but in the past year the statistics have leaped. (AP Photo/Maad al-Zikry)In this Tuesday, March 22, 2016 photo, Udai Faisal, who is suffering acute malnutrition is fed by his mother Intissar Hezzam at Al-Sabeen Hospital in Sanaa, Yemen. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. The impoverished nation of 26 million people, which imports 90 percent of its food, already had one of the highest malnutrition rates in the world, but in the past year the statistics have leaped. (AP Photo/Maad al-Zikry)
“Dia menjerit, saat saya melahirkannya. Sementara itu, bom ‘menggoyang’ rumah kami,” kata ayahnya.
ASI yang seharusnya diberikan kepada Udai selama sekitar 20 hari selanjutnya susunya berhenti. Kemungkinan Udai kekurangan gizi.
Bahkan setelah melahirkan, ayahnya harus mengumpulkan kayu bakar untuk membuat kompor batu bata lumpur di depan pintu rumahnya.
Di negara itu, listrik telah lama berhenti teraliri di lingkungan mereka, baik karena serangan udara atau kurangnya bahan bakar. Dan, jarang ada yang menggunakan gas untuk memasak.
“Saya pergi setiap hari ke tempat yang jauh untuk mencari kayu kemudian membawanya ke rumah, dengan kepala saya,” kata ia menambahkan.

In this Monday, March 28, 2016 photo, Faisal Ahmed, whose son, Udai Faisal, died of severe acute malnutrition, pours water on his grave in Hazyaz village on the southern outskirts of Sanaa, Yemen. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. (AP Photo/Hani Mohammed)Akhirnya, keluarga Udai beralih ke susu formula untuk memberi makan Udai, tapi itu tidak selalu tersedia dan mereka tidak bisa selalu membelinya. Jadi setiap beberapa hari, Udai mendapat susu formula dan hari-hari berikutnya Udai hanya mengonsumsi gula dan air.
Truk air terkadang mencapai daerah tersebut, namun sebaliknya orang tuanya harus menggunakan air yang tidak bersih. Pada tahun 2015 lalu, jumlah penduduk tanpa akses rutin mengambil air bersih, melonjak dari 13 juta orang menjadi lebih dari 19 juta orang, hampir tiga perempat dari populasi negara tersebut.
Dalam waktu tiga bulan, Udai menderita diare. Ayahnya hanya membawanya ke klinik setempat, tetapi mereka juga tidak memiliki persediaan atau dia tidak mampu apa yang mereka miliki. Akhirnya, pada tanggal 20 Maret, orang tua Udai membawa anaknya ke bagian darurat di Rumah Sakit Al-Sabeen.

Udai menderita gizi buruk, diare dan infeksi dada, kata dokter Saddam al-Azizi, kepala unit darurat. Dia harus mengonsumsi antibiotik dan memberi makannya melalui selang pada hidung.
In this Monday, March 28, 2016 photo, Faisal Ahmed, whose son, Udai Faisal, died of severe acute malnutrition, tends to his grave in Hazyaz village, on the southern outskirts of Sanaa, Yemen. Hunger has been the most horrific consequence of Yemenís conflict and has spiraled since Saudi Arabia and its allies, backed by the U.S., launched a campaign of airstrikes and a naval blockade a year ago. (AP Photo/Hani Mohammed)Seringkali lengannya mengalami kejang-kejang, kaki kurus-nya sedikit bergerak. Wajah Udai terlihat begitu kurus dan pucat. Ketika, Udai menangis, ia dehidrasi untuk menghasilkan air mata. Pada usia sekitar lima bulan, Udai ditimbang dan beratnya hanya mencapai 5.3l kg.
Dua hari kemudian, tidak ada harapan lagi bagi Udai untuk sembuh sehingga orang tuanya membawanya pulang. Udai akhirnya wafat selang tiga jam berada di rumahnya. Ahmed, ayah Udai, menyalahkan kampanye udara Kerajaan Arab Saudi atas kematian anaknya.
“Ini sebelum dan sesudah perang,” kata Ayah Udai, sambil mengangkat anaknya yang berusia dua tahun, Shehab untuk menunjukkan perbedaan antara anak yang lahir sebelum perang dan sesudah perang.
Udai dimakamkan di TPU bayi di kaki pegunungan. Ayahnya membaca Quran di atas kuburan kecil anaknya yang hanya ditandai oleh sebuah batu, sambil membaca, “Ya Allah, kami pasrah kepadamu.” 
Sumber: Harian Yaman, Metro.co.uk, Telegraph, Dailymail
Share on Google Plus

About Unknown

Pelajar Multimedia Di SMK Budhi Warman 1

0 comments:

Post a Comment