Jejak Karya Ilmuwan Kimia Muslim Dunia Jabir Ibnu Hayyan





Jakarta, Berita Adzan — Kimia dan zat alkaline ( jenis Alkimia) pada umumnya digunakan ketika berbicara tentang jenis kimia yang belum kita ketahui seperti saat ini.
Sub cabang kimia sebagai ilmu di abad 17 dan 18. Jika dibandingkan dengan standar saat ini, kimia tidak dapat dipraktekkan secara ilmiah sebelum itu. Ini berarti bahwa ahli kimia pada waktu itu mencari penjelasan kritis mengenai kimia tersebut. Oleh karena itu sebelum abad ke-17, kimia disebut “alchemistry”.
Ada beberapa fakta yang menunjukkan, bahwa ilmuwan Muslim tidak hanya berkontribusi terhadap penemuan kimia. Seperti Eric John Holmyard, seorang sejarawan terkenal, ahli kimia keturunan Arab, memastikan bahwa klaim yang tidak benar dari pendapat Berthelot (seorang ahli kimia Prancis).
Dalam membuat (membentuk) zat kimia, John Holmyard menguraikan tentang evolusi kimia dari awal sampai dengan era modern saat ini. Dalam karya ini ia menyatakan bahwa kimia di dalam Islam sebenarnya adalah dasar untuk kimia modern. Dia berbicara, tentang beberapa ilmuwan Muslim, termasuk ahli kimia yang paling diakui yaitu Jabir Ibnu Hayyan.
Sekedar informasi, peneliti Muslim, Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan lahir sekitar 721 SM dan meninggal sekitar 815 SM di desa Tus (di wilayah Iran hari ini, red). Ia dibesarkan di sebuah keluarga di mana tidak mengetahui apa itu kimia. Karena ayahnya adalah seorang Apoteker. Yang kemungkinan besar akan menjadi penyebab minatnya terhadap pelejaran kimia.
Kemudian, ayah Jabir dieksekusi karena perjuangan politik, yang memaksa dia untuk melarikan diri ke kota Kufah. Dan, di kota ini selanjutnya ia diperintahkan oleh Khalifah Abbasiyah Harun Al-Rasyid.
Di saat itulah Jabir belajar ilmu di tingkat yang lebih tinggi karena kedekatannya dengan keturunan keluarga Persia berpengaruh yang menasihati para Khalifah Abbasiyah pertama.
Apa sajakah temuan ilmuwan Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan?
Tak diragukan lagi, jika Jabir Ibnu Hayyan merupakan salah satu ilmuwan Muslim terbesar. Sehingga ia mendapatkan nama “The Father of Chemistry”.
Menurut Holmyard, salah satu aspek mendasar Jabir yang populer yakni pengembangan dari sisi praktis kimia dan melakukan percobaan (riset praktis).
Jabir bereksperimen dengan memisahkan ilmu seperti yang telah dilakukan oleh umat Islam dari tradisi Yunani Kuno. Jabir pun menekankan seberapa pentingnya bereksperimen.
“Yang paling penting dalam kimia adalah bahwa Anda harus melakukan pekerjaan dan riset praktis dalam eksperimen.”
Adapun kontribusi karya dari Jabir yang dikutip dari laman Mvslim, pada Jumat (08/04) yaitu, membuat skala yang bisa menimbang dengan akurasi 1/6 gram. Baginya, bereksperimen dengan materi berarti bahwa ia bisa mencampur, panas, dingin, ‘menggiling’ (mencampur), memanaskan dan mengaduk berbagai zat kimia tertentu.
Cara kerja praktek Jabir ‘Alchemistic’ terlihat seperti apa yang ada di laboratorium kimia pada saat ini.
Dalam rangka untuk melakukan eksperimen secara akurat, ia merancang berbagai jenis ‘formula baru’. Serta bereksperimen dengan berbagai proses kimia yang memungkinkan dia untuk memicu reaksi seperti reduksi (reaksi dalam memperoleh zat elektron, red), kalsinasi (oksidasi melalui pemanasan, misalnya pembakaran kapur, red) dan mungkin yang paling penting adalah ‘distilasi’.
Dengan menggunakan hasil rancangannya sendiri ia menciptakan cara sederhana untuk menyaring. Sebuah ‘alembic’ adalah konstruksi sederhana dari dua botol dihubungkan oleh sebuah tabung yang mana salah satu botol dipanaskan dan menyebabkan cairan di dalamnya menjadi ‘kondensat’ dan menetes ke bawah melalui tabung. ‘Alembic’ kemudian digunakan untuk menyuling minyak mineral dalam minyak tanah yang bisa digunakan sebagai minyak lampu.
Sepuluh abad sebelum John Dalton (seorang fisikawan Inggris dan ahli kimia yang dikenal melalui teori atom dan teori molekul, red), Jabir telah menciptakan pengaruh ikatan kimia sebagai penghubung antara unsur-unsur dan partikel kecil yang tak terlihat dengan mata telanjang. Semua tanpa kehilangan pemahaman karakteristik asli kimia sebenarnya.
Jabir pun juga mengidentifikasi banyak zat baru. Hal ini menyebutkan, Jabir menemukan asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat. Penemuan ini terbukti sangat penting untuk kimia modern, bahkan menjadi penting untuk industri kimia sekarang ini.
Jabir juga meletakkan pondasi bagi limuwan kimia modern bagi apa yang sekarang dikenal sebagai tabel periodik elemen ‘Mendeleev’. Dia mencoba untuk membuat tabel untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, seperti ‘Mendeleev’.
Hal ini didasarkan pada filsafat Yunani Kuno yang mengklasifikasikan berbagai elemen selanjutnya ke dalam kelompok logam, non-logam dan zat-zat yang dapat disuling. Dengan cara itu, kita bisa membedakan unsur non-logam dan gas.
sumber : Aktual.com
Share on Google Plus

About Haydar Maulana Ali

Pelajar Multimedia Di SMK Budhi Warman 1

0 comments:

Post a Comment