Jakarta, Berita Adzan — Melanjutkan pemberitaan Aktual.com sebelumnya, Ustadzah Nurhasanah menyarankan agar liburan seorang Muslim bermanfaat bagi dunia dan akhirat harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengaitkan wisata dengan ibadah
Sehingga mengharuskan adanya safar atau wisata untuk menunaikan salah satu rukun dalam agama yaitu Haji pada bulan-bulan tertentu.
Ketika ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan minta izin untuk berwisata dengan pemahaman lama, yaitu safar dengan makna “kerahiban” (atau sekedar menyiksa diri), Rasulullah SAW memberi petunjuk kepada maksud yang lebih mulia dan tinggi dari sekedar berwisata dengan mengatakan kepadanya, “Sesunguhnya wisatanya umatku adalah berjihad di jalan Allah.” (HR. Abu Daud). Perhatikanlah bagaimana Rasulullah SAW mengaitkan wisata yang dianjurkan dengan tujuan yang agung dan mulia.
2. Wisata dan ilmu pengetahuan
“Demikian pula, dalam pemahaman Islam, wisata dikaitkan dengan ilmu dan pengetahuan. Pada permulaan Islam, telah ada perjalanan sangat agung dengan tujuan mencari ilmu dan menyebarkannya. Sampai Al-Khatib Al-Bagdady menulis kitab yang terkenal ‘Ar-Rihlah Fi Tolabil Hadits’, di dalamnya beliau mengumpulkan kisah orang yang melakukan perjalanan hanya untuk mendapatkan dan mencari satu Hadis saja,” terang Ustadzah Nurhasanah, kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (18/04).
Di antaranya adalah apa yang diucapkan oleh sebagian tabiin terkait dengan firman Allah SWT,
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya, “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.”(At-Taubah : 112).
3. Ambil pelajaran
Di antara maksud wisata dalam Islam adalah mengambil pelajaran dan peringatan. Dalam Al Quran terdapat perintah untuk berjalan di muka Bumi di beberapa tempat. Allah SWT berfirman,
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya, “Katakanlah, ‘Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu’.”(Al-An’am : 11)
Dalam ayat lain, “Katakanlah: ‘Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” (QS. An-Naml: 69)
Al-Qasimi Rahimahullah berkata, “Mereka berjalan dan pergi ke beberapa tempat untuk melihat berbagai peninggalan sebagai nasehat, pelajaran dan manfaat lainnya.”(Kitab Mahasinu At-Ta’wil).
“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketika melakukan perjalanan atau wisata, jangan sampai terjerumus dalam berbagai bentuk kesyirikan, seperti wisata religi ziarah kubur atau berwisata ke tempat-tempat peninggalan kuno yang diagungkan oleh manusia atau agama lain. Dikhawatirkan seorang Muslim akan secara tidak sadar ikut menyetujui dan mengagungkan tempat-tempat lain tersebut hingga terjerumus dalam kemusyrikan. Dalam sebuah Hadis disebutkan, dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak dibolehkan melakukan perjalanan kecuali ke tiga Masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasulullah SAW dan Masjidil Aqsha.”(HR. Bukhari & Muslim),” papar ia menambahkan. Bersambung………
sumber : Aktual.com
0 comments:
Post a Comment